Gerimis yang menemani cuaca di sore hari pada tanggal 25 April 2014 di seputaran Cileunyi Bandung tidak menghalangi acara akbar yang berlangsung sejak ba'da ashar, merupakan agenda tahunan dari Pesantren Nadjussalam ialah mengadakan Khaul Mama Panyawungan (KH. Kholil) yang ke 67 dan sekaligus pada tahun ini bertepatan dengan satu abad Ponpes Nadjussalam, acara yang telah berlangsung sejak seminggu yang lalu ini ditutup pada malam puncak yang diisi dengan beberapa agenda seperti : Silaturrahmi Alumni, Tahlil, Sambutan Keluarga Besar dan Tausiyah oleh KH. Sofyan Yahya MSi.
Khidmat itulah sebuah keadaan yang terjadi saat-saat acara dimulai dihadiri oleh ribuan alumni dan juga masyarakat umum, meski dengan kesederhanaan (ciri khas Pesantren Salafi) tetapi tetap tidak mengurangi nilai-nilai agung.
Pesantren Nadjussalam merupakan salah satu Pesantren kuno yang berdiri sejak sebelum Indonesia Merdeka, dengan ciri khas yang masih tetap dipertahankan.
Dalam sambutan acara tersebut juga disampaikan sejarah Ahlussunnah wal Jamaah hingga perjalanan Pesantren Nadjussalam, Meskipun dalam pengajaran Pesantrennya masih menggunakan metode lama tetapi Pesantren Nadjussalam telah nyata melahirkan kyai-kyai yang sangat handal yang telah tersebar di Jawa Barat dan sekitarnya.
Ada sedikit keanehan dan luarbiasa, ternyata dalam mendidik santrinya di Pesantren ini masih tetap konsisten dalam beberapa pengajian kitab kuning masih menggunakan Bahasa Jawa, padahal sebagian besar santri disana adalah orang-orang jawa barat (sunda).
Menurut KH. Sofyan Yahya MSi yang memberikan tausiyah pada acara puncak tersebut menyampaikan bahwa Pesantren seperti inilah yang dapat melahirkan kyai-kyai atau ulama besar yang betul-betul akan menjalankan syariat dengan baik serta akan memberikan kontribusi positif bagi umat, bangsa dan negara. Bahkan menurut beliau juga Pesantren yang mewah dipastikan tidak akan mampu melahirkan ulama, meskipun se tiap tahun ribuan yang diwisuda.
Pesantren yang penuh degan kesederhanaan itulah yang akan mampu mendidik santri dengan jiwa yang kuat.
Dalam sambutan acara tersebut juga disampaikan sejarah Ahlussunnah wal Jamaah hingga perjalanan Pesantren Nadjussalam, Meskipun dalam pengajaran Pesantrennya masih menggunakan metode lama tetapi Pesantren Nadjussalam telah nyata melahirkan kyai-kyai yang sangat handal yang telah tersebar di Jawa Barat dan sekitarnya.
Ada sedikit keanehan dan luarbiasa, ternyata dalam mendidik santrinya di Pesantren ini masih tetap konsisten dalam beberapa pengajian kitab kuning masih menggunakan Bahasa Jawa, padahal sebagian besar santri disana adalah orang-orang jawa barat (sunda).
Menurut KH. Sofyan Yahya MSi yang memberikan tausiyah pada acara puncak tersebut menyampaikan bahwa Pesantren seperti inilah yang dapat melahirkan kyai-kyai atau ulama besar yang betul-betul akan menjalankan syariat dengan baik serta akan memberikan kontribusi positif bagi umat, bangsa dan negara. Bahkan menurut beliau juga Pesantren yang mewah dipastikan tidak akan mampu melahirkan ulama, meskipun se tiap tahun ribuan yang diwisuda.
Pesantren yang penuh degan kesederhanaan itulah yang akan mampu mendidik santri dengan jiwa yang kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar